Republik Digital dengan Najwa Shihab (featuring Gibran, Nadiem Makarim, Bayu Skak dsb)
Saban akan atau bangun tidur, ponsel sesuatu yang tak bisa lepas untuk dicari. Kebutuhan pekerjaan, komunikasi, membuat status baru untuk eksis di media sosial, belanja sampai cari pasangan semua berada dalam genggaman. Mulai membuat unggahan hingga 480 ribu status twitter, 174 ribu untuk menggeser gambar di Instagram, mengirim 38 juta pesan whatsapp, 18 juta pesan SMS terkirim, 973 ribu login ke Facebook, 4,3 juta menonton video di YouTube hingga 3,7 juta melakukan pencarian di google dan 3,7 juta mengirim email, serta 1,1 juta pesan mencari pasangan di Tinder. Itulah yang terjadi di dunia digital hanya dalam waktu 60 detik. Sesuatu yang akan menarik kalau bisa dimanfaatkan dengan kreatif. Jadi apa yang bisa kamu lakukan di tengah era digital saat ini?
Gibran Rakabuming Raka, Pengusaha Muda sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo menekuni bisnis kuliner. Mulai dari katering dengan Chilli Pari, hingga martabak dengan brand Markobar. Bersama adiknya, Kaesang Pangerap, Gibran meluncurkan aplikasi kuliner bernama Madhang.id. Konsepnya menawarkan makanan rumahan dengan koki ibu-ibu rumah tangga.
Pendiri GoJek, Nadiem Makarim bercerita tentang kesuksesan perusahaannya. Menurutnya era digital menuntut orang atau lembaga untuk berkolaborasi. “Pemikiran dia itu harus kolaboratif,” katanya. Perusahaan GoJek bisa dibilang sebagai perusahaan aplikasi transportasi yang cukup berkembang pesat di Indonesia. Awal dibuat pada 2010 silam, perusahaan ini hanya terdiri dari 10 karyawan dan 20 pengemudi sepeda motor. Tapi hari ini, perusahaan berbasis aplikasi ini sudah tersebar di 100 kota-kota besar di Indonesia dengan jumlah pengemudi sepeda motor dan mobil sebanyak 1 juta orang. Nadiem pun membongkar rahasia perusahaannya.
Juga turut membahas Ganjar Pranowo yang mengaku memanfaatkan media sosial untuk mengeruk simpati dari masyarakat. Media sosial menjadi ruang untuk memikat dan pembentukan citra bagi calon kepala daerah. Menurut Ganjar, media sosial bisa digunakan untuk ruang partisipasi masyarakat terhadap pembangunan daerah. Hal ini bisa diterapkan melalui laporan-laporan dari masyarakat langsung ke kepala daerahnya. “Ada yang lapor jalan bolong. Ada yang lapor ada pungli. Ada yang lapor antrean rumah sakit panjang. Sebenarnya itu satu partisipasi. Yang kedua mereka mau aktif melaporkan dan kita merespon. Kalau kita mikirnya positif, itu barang (media sosial) bagus,” katanya.
Bayu Eko Meoktito juga diundang. Bayu Skak adalah Youtubers dengan total subscriber 1,6 juta. Ia bisa meraup untung sebulan seharga sepeda motor dari video-video yang diunggah. Video Bayu Skak ini bisa dikatakan original dan unik karena semua videonya menggunakan Bahasa Jawa. Awalnya, Bayu hanya iseng mengunggah video ke YouTube. Video pertamanya adalah membuat konten dengan judul “Rumah Sakit Jiwa”. Video ini menggambarkan kondisi anak-anak di sekolahannya pada 2010 lalu seperti rumah sakit jiwa. Sebab, mereka kelelahan mengerjakan tugas-tugas sekolah, khususnya membuat animasi. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, juga ada dan membahas pihaknya saat ini tengah mengambil peran sebagai fasilitator. Fasilitator di sini adalah memberikan ruang untuk mempertemukan antara pengusaha yang sedang merintis usaha baru dengan para investor. “Kemarin di Bali sudah ada 70 startup sudah dikurasi, sudah dicek. Jadi mereka sudah ketemu. Itu pertama kali, memfasilitasi,” katanya.
Dengarkan episode Mata Najwa mengutas republik digital dengan kurasi audio Wave Start. WaveStart merupakan podcast yang berfokus pada bisnis dan start-up. Menguas tentang bagaimana para pembisnis dapat memulai bisnis mereka dan semoga konten ini bisa memotivasi bagi para pendengar. WaveStart dipersembahkan oleh Waves, platform audio dalam bahasa inggris dan bahasa lokal di Asia Tenggara. Credit to original video https://www.youtube.com/watch?v=wrVMYa06znw