stitcherLogoCreated with Sketch.
Get Premium Download App
Listen
Discover
Premium
Shows
Likes
Merch

Listen Now

Discover Premium Shows Likes

Suluh Pergerakan

34 Episodes

9 minutes | Dec 1, 2020
Eps 34. Mahasiswa dan Gerakan Perubahan!
Kreativitas mewajibkan kita untuk selalu bersedia untuk tidak patuh (Einstein). Lesunya dinamika kampus akhir-akhir ini memang sangat mencemaskan banyak kalangan. Bahkan beberapa mulai timbul kekhawatiran, apakah kampus masih bisa dijadikan sandaran untuk menciptakan generasi yag cerdas, kreatif, inovatif atau bahkan progresif. Melalui episode ini kita akan mendengarkan bagaimana dinamika kampus, mulai dari mahasiswa yang tuna wacara, aturan yang ketat, kebijakan yang semakin tidak bersahabat, pemangkasan masa studi, beban jam kuliah yang padat, semakin melambungnya biaya pendidikan serta tak jarang tuntutan kampus untuk cepat lulus, wisuda dan kemudian cepat bekerja.
36 minutes | Sep 25, 2020
Eps 33. Semanggi II 1999: Artefak Kekerasan Militer Atas Sipil
Seri #SeptemberBerdarah Dalam podcast ini kita akan mendengarkan bagaimana tragedi kekerasan militer atas sipil. Dipandu oleh Anca, Usman Hamid dengan gamblang menjelaskan tragedi yang menghilangkan nyawa manusia. Selain itu, informasi seputar rentetan perlawan yang dilakukan di berbagai daerah juga disajikan dalam podcast kali ini.  Selamat mendengarkan!
17 minutes | Sep 12, 2020
Eps. 32. Tanjung Priok: Artefak Kekerasan Militer Atas Umat Islam
Seri #SeptemberBerdarah Dalam podcast ini Pram bersama Asfinawati yang saat ini bergelut di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mengurai bagaimana latar belang tragedi Tanjung Priok. Tidak hanya itu, podcast kali ini menyingung kaitan antara Orde Baru dan tafsir tunggal Pancasila. Selamat mendengarkan!
32 minutes | Sep 9, 2020
Eps 31. Dinamika Gerakan Perempuan dalam Sejarah Indonesia #4
Ini adalah episode terakhir dalam diskusi "Dinamika Gerakan Perempuan dalam Sejarah Indonesia"  Terima kasih untuk kamu yang masih mendengarkan podcast ini. Jangan lupa untuk share ya bung dan nona!
32 minutes | Sep 9, 2020
Eps 30. Dinamika Gerakan Perempuan dalam Sejarah Indonesia #3
Perjalanan pergerakan perempuan di Indonesia tak kalah menarik dan heroik apabila disandingkan dengan keberanian Susan B. Anthony bersama rekan-rekannya dalam memperjuangkan hak pilih di Amerika Serikat. Bude Ita panggilan akrab teman-teman SMI akan menjelaskan dengan runtut dan cukup jelas bagaimana sejarah dinamika perempuan di Indonesia. Terdapat 4 episode dalam podcast tentang ini. Selamat Mendengarkan!
27 minutes | Sep 9, 2020
Eps 29. Dinamika Gerakan Perempuan dalam Sejarah Indonesia #2
Perjalanan pergerakan perempuan di Indonesia tak kalah menarik dan heroik apabila disandingkan dengan keberanian Susan B. Anthony bersama rekan-rekannya dalam memperjuangkan hak pilih di Amerika Serikat. Bude Ita panggilan akrab teman-teman SMI padanya, menjelaskan dengan runtut dan cukup jelas bagaimana sejarah dinamika perempuan di Indonesia. Terdapat 4 episode dalam podcast tentang ini. Selamat Mendengarkan!
31 minutes | Sep 9, 2020
Eps 28. Dinamika Gerakan Perempuan dalam Sejarah Indonesia #1
Chapter 1 Perjalanan pergerakan perempuan di Indonesia tak kalah menarik dan heroik apabila disandingkan dengan keberanian Susan B. Anthony bersama rekan-rekannya dalam memperjuangkan hak pilih di Amerika Serikat. Bude Ita panggilan akrab teman-teman SMI menjelaskan dengan runtut dan cukup jelas bagaimana sejarah dinamika perempuan di Indonesia. Terdapat 4 episode dalam podcast tentang ini. Selamat Mendengarkan!
46 minutes | Jul 22, 2020
Eps 27. Sesi Tanya Jawab Diskusi Serikat Buruh Akademik
Ini adalah sesi tanya jawab diskusi Serikat Buruh Akademik
51 minutes | Jul 22, 2020
Eps 26. Saatnya Membangun Serikat Buruh Akademik!
Pembahasan mengenai serikat buruh akademik bagi kami dirasa sangat penting, entah dalam jangkauan kampus atau jangkauan yang lebih luas. Posisi akademisi terkadang -bahkan sering- tidak berdaya berhadapan dengan posisi dominan secara hukum atau administrasi dari sistem yang bisa represif sewaktu-waktu -entah di kampus maupun negara secara luas. Peluang kriminalisasi terbuka, bahkan semakin terbuka dengan disahkannya UU SISNAS IPTEK. Di dalam kampus, ditambah pula dengan beban administratif akibat birokratisasi Tridarma Perguruan Tinggi. Birokratisasi itu salah satunya memunculkan fenomena Scopusisasi, yang mana dosen untuk memperoleh KUM sebesar 40 poin diharuskan untuk menulis di jurnal internasional dengan indeks Scopus Q1 atau Q2. Fenomena itu ditambah pula dengan beban kerja yang terlalu berlebih, seperti urusan administrasi untuk akreditasi departemen, urusan administrasi kenaikan jabatan, dan lainnya. Di kampus, diharapkan ada serikat buruh akademik. Ia tidak hanya terdiri dari dosen, tetapi aliansi antara dosen, asisten dosen, asisten peneliti, staf akademik, mahasiswa, dan lainnya. Partikularitas itu diharapkan dapat membentuk aliansi atau bahkan serikat yang dapat membentuk iklim demokratis di dalam kampus. Anehnya, kampus sering mengatakan jika negara harus demokratis, tapi tanpa sadar apa yang ada di dalam dirinya tidak lah demokratis -belum lagi struktur patron klien yang ada di dalam kampus yang membuat iklim demokratis itu tidak tercapai. Pernah beberapa kali mendapat cerita dari kawan peneliti di kampus. Ia berusaha mengumpulkan asisten peneliti di fakultasnya untuk membahas pembentukan serikat buruh akademik yang beranggotakan asisten peneliti fakultasnya. Nahas, hanya beberapa saja yang berkumpul dan tidak ada pembahasan berarti. Pembahasan mengalami kebuntuan, karena asisten-asisten peneliti itu takut jika ia berbicara dan menjadi whistle blower akan berpengaruh terhadap surat rekomendasi untuk lanjut studi. Sementara, di luar kampus terdapat buruh akademik serabutan (sebutan kami bagi freelance researcher) di luar kampus, yang tenaganya kadang dipakai oleh orang-orang di kampus. Mereka bekerja jika hanya ada proyek penelitian. Kondisi mereka terkadang lebih mengenaskan, karena tergantung dengan kontrak. Tidak ada jaminan sosial atau kesehatan merupakan hal yang wajar bagi buruh akademik serabutan. Terkadang, pembahasan mengenai serikat buruh akademik penting. Namun, menyerah karena terlalu banyak beban kerja yang harus diselesaikan. Mengurus beban kerja saja kelimpungan, apalagi jika ditambah harus memikirkan serikatnya. Pada akhirnya menjadi pembacaan antar individu-individu saja. Dengan adanya serikat buruh akademik di kampus, diharapkan advokasi isu-isu yang terjadi pada diri mereka jauh lebih lancar, karena adanya konsolidasi antar partikularitas yang ada. Terlepas dari bentuknya apakah serikat, aliansi, atau bentuk lainnya. Jika serikat, apakah hanya satu partikularitas saja? Misal, serikat buruh akademik dosen, serikat buruh akademik asisten peneliti, dan lainnya. Atau aliansi yang sangat cair dan muncul ketika isu-isu tertentu.
86 minutes | Jun 8, 2020
Eps 25. Pandemi, Anak Muda, dan Gerakan Sosial
Anak muda menjadi salah satu bagian yang menyejarah dalam sejarah Indonesia. Ia terkadang dicitrakan sebagai sesuatu yang progresif dan mewarnai pergulatan menjadi Indonesia -bahkan sampai sekarang. Sebut saja berbagai tokoh yang sering disebut dalam diskusi, misal, Semaoen, Tan Malaka, Soe Hok Gie, dan lainnya. Belakangan, anak muda [lagi-lagi] dicitrakan sebagai pembawa perubahan. Kali ini, citra yang dilekatkan melalui “Millenial”. Anak muda yang dicitrakan “Millenial” itu diartikan sangat bias dengan kelas menengah urban dengan penguasaan teknologi dan modal yang mumpuni. Seolah-olah, semua anak muda itu “Millenial” dengan akses terhadap sumber daya yang luas. Pengartian itu secara tidak langsung juga mencerabut anak muda sebagai salah satu bagian partikular di dalam masyarakat. Bahkan, kesadaran di dalam anak muda itu juga partikular seakan tidak nampak, karena tertutupi oleh cap “Millenial”. Anak Muda, hari ini mendapatkan momentumnya [lagi] untuk membangun gerakan. Pandemi Covid-19 membawa sedikit angin segar bagi anak muda untuk menunjukkan taringnya. Berbagai gerakan yang diinisiasi seperti berbagi nasi, membuka dapur umum, dan penyaluran bantuan sosial menjadi wujud gerakan. Ia tidak lagi hadir dalam bentuk orasi, tetapi ia hadir dalam demonstrasi melalui pembagian bantuan yang seharusnya menjadi kewajiban negara. Sementara beberapa partikular anak muda membangun gerakan solidaritas untuk mengisi apa yang ditinggalkan negara, beberapa partikular anak muda sibuk menerima proyek dari negara. Beberapa anak muda menggaungkan untuk “menyalakan lilin”, tetapi mereka lupa untuk melihat bahwa penyedia listriknya sedang tidak beres -dan ia menjadi bagian dari ketidakberesan itu.
4 minutes | Jun 8, 2020
Eps 24. Hikayat Indonesia
Hikayat Indonesia  Lesung pipi Indonesia mengalami gerhana  Yang benderang hanya lah gelap  Yang bersinar hanya lah redup  Yang membekas hanya lah lekas  Yang berlari hanya lah mundur  Yang gembira hanya lah sedih  Yang bernyanyi hanya lah senyap  Yang menari hanya lah diam  Yang ramai hanya lah sunyi  Yang hujan hanya lah panas  Yang bergelombang hanya lah tenang  Yang lengser hanya lah bertengger  Yang terbuka hanya lah tertutup  Yang menang hanya lah kalah  Yang dibangun hanya lah tidur
21 minutes | Mar 7, 2020
Eps 23. Sesi Tanya Jawab Diskusi Lampu Kuning Kebebasan Sipil
Setelah mendengarkan pemaparan hasil riset hingga tanggapan narasumber lainnya, kini saatnya kita mendengarkan bagaimana pertanyaan dan jawaban narasumber mengenai penelitian ini. Selamat Mendengarkan!
28 minutes | Mar 7, 2020
Eps 22. Indonesia Semakin Kacau, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Mari kita sedikit berendah hati untuk belajar mendengar bukan terus ingin didengarkan dan dipercaya! Sejarah membuktikan Orde Baru yang terlalu percaya dengan kemampuan dirinya pada akhirnya hanya rumah boneka yang ambruk begitu saja! 
29 minutes | Mar 7, 2020
Eps 21. AB Widyanta: Ancaman Nyata Kebebasan Sipil
Kali ini AB Widyanata merespon penelitian yang dilakukan oleh Ismail Al Alam. Seperti apa tanggapan AB Widyanata atas penelitian Lampu Kuning Kebebasan Sipil: Proyeksi Tahun 2020 oleh Aktor Gerakan Sosial? Selamat mendengarkan!
39 minutes | Mar 7, 2020
Episode 20. Lampu Kuning Kebebasan Sipil: Proyeksi 2020 oleh Aktor-aktor Gerakan Sosial
Periode kedua Pemerintahan Jokowi, yang belum genap berusia satu tahun, sudah memberi isyarat pelemahan demokrasi baik lewat regulasi, konsolidasi oligarki, dan pembungkaman kebebasan berpendapat. Isu yang terbaru tentu saja tentang Omnibus Law. Kebebasan sipil bagaikan menghadapi lampu kuning, cuma beberapa saat sebelum pelemahan semakin ganas dan pembungkaman semakin luas.  Karena itu, intervensi aktor-aktor gerakan sosial menuju inisiatif baru menjadi penting dilakukan. Riset ini menggali pandangan beberapa aktor tentang kondisi sepanjang 2020, dan apa yang harus diperbuat untuk menghadapi lampu kuning yang menyala terang itu.
121 minutes | Dec 17, 2019
Eps 19. Bedah Buku C*BUL
Buku dengan gaya penulisan populer namun bertungkus lumus dengan teori-teori besar ini adalah semacam ajakan untuk berdialog secara dewasa tentang seksualitas, pornografi, dan kecabulan masa kini. Dari halaman pertama buku ini, Anda akan diajak menyusuri jejak pornografi dan seks dalam beragam bentuk, menganalisis berbagai imajinasi hingga pada akhirnya Anda “dipaksa” untuk melihat dan menyadari betapa kompleksnya seksualitas manusia dan manusia itu sendiri yang tidak bisa diberangus dalam satu dua kategori begitu saja seperti yang dikehendaki oleh wacana dominan.
40 minutes | Nov 3, 2019
Eps 18. Matinya Demokrasi Kita
Salah satu pembunuh demokrasi yang paling ampuh adalah politisinya sendiri. Adalah politisi yang sengaja memicu polarisasi dengan menyerang secara tajam pihak lawan melalui isu-isu yang tak jelas kebenarannya. Politisi yang meniupkan kepanikan pada warga dengan menebar teror lewat hantu krisis. Krisis ekonomi dan krisis keamanan: dua soal yang diaduk-aduk begitu rupa sehingga membuat publik merasa penting lahirnya pemimpin diktator.
78 minutes | Nov 3, 2019
Eps 17. Matinya Demokrasi dan Bangkitnya Gerakan Mahasiswa
Persoalan demokrasi di Indonesia hadir dengan beragam bentuk dan kisah. Kebeasan akademik hingga kebebasan berekspresi menjadi ancaman nyata belakangan ini. Salah satu pembunuh demokrasi yang paling ampuh adalah politisinya sendiri. Adalah politisi yang sengaja memicu polarisasi dengan menyerang secara tajam pihak lawan melalui isu-isu yang tak jelas kebenarannya. Berangkat dari kompleksnya permasalahan demokrasi di Indonesia, merespond gerakan mahasiswa melakukan unjukrasa hingga membentuk komite-komite di setiap kampus. Namun apakah hal tersebut cukup? Tentu akan ada banyak pertanyaan menarik dan jawaban yang tak terduga dalam diskusi kali ini. Selamat Mendengarkan!
105 minutes | Jul 31, 2019
Eps 16. Proyeksi HAM Indonesia: Di Tangan Rekonsiliasi?
Pemerintahan Joko Widodo bersiap memasuki periode kedua. Kamu mungkin perlu khawatir. Pasalnya pada periode pertamanya agenda hak asasi manusia (HAM) tidak menjadi prioritas. Meski Presiden mengklaim dirinya sudah tak punya 'beban' di periode kedua, tidak ada bukti konkret HAM akan menjadi agenda arus utama. Demi menanggalkan gestur permusuhan antar elit politik dan memuluskan kredo pembangunan lima tahun ke depan, mencuat frasa rekonsiliasi politik sebagai jalan terbaik kembali mempersatukan anak bangsa.  Apa betul rekonsiliasi para elit yang saling adu di Pemilu 2019 merupakan langkah terbaik meredakan polarisasi di masyarakat?  Lalu ada di mana posisi penegakan HAM di tengah 'politik MRT? --- Diskusi mengenai Proyeksi HAM Indonesia: Di Tangan Rekonsiliasi? yang dipantik Direktur Eksekutif Lokataru Haris Azhar, Ketua Dewan Nasional Konsorsium Pembangunan AgrariaIwan Nurdin, dan Direktur Jurnal Perempuan Atnike N. Sigiro diselenggarakan oleh Hakasasi.id pada 13 Juli 2019.
7 minutes | Jun 20, 2019
Eps 15. Apa Kabar Mahasiswa?
Sebenarnya siapa itu 'mahasiswa', siapa itu anak muda? Penulis buku 'Orang Miskin Dilarang Sakit', Eko Prasetyo mencoba mencari jawaban hal besar apa yang perlu dilakukan para anak muda dan bagaimana menciptakan kegairahan tersebut.
COMPANY
About us Careers Stitcher Blog Help
AFFILIATES
Partner Portal Advertisers Podswag Stitcher Originals
Privacy Policy Terms of Service Your Privacy Choices
© Stitcher 2023